Ustadz Hafzan El Hadi |
Spesialnews.com - Seorang ustaz bernama Hafzan El Hadi telah menjadi sorotan publik akhir-akhir ini setelah mengaitkan Muhammadiyah dengan Syiah melalui tulisannya di media sosial. Perlu diketahui bahwa Muhammadiyah adalah salah satu organisasi keagamaan Islam terbesar di Indonesia, sedangkan Syiah adalah salah satu aliran dalam agama Islam yang tidak banyak di akui di indonesia. Karena itu, pernyataan Hafzan menuai kontroversi dan menimbulkan reaksi dari berbagai pihak.
Pernyataan Hafzan yang menyebut Muhammadiyah mirip dengan Syiah dianggap sangat fatal oleh sejumlah tokoh agama dan umat Islam di Indonesia. Kader-kader Muhammadiyah di beberapa daerah bahkan melaporkan Hafzan ke polisi atas tuduhannya tersebut. Menurut Ketua Riset dan Advokasi Publik Lembaga Bantuan Hukum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Gufroni, tudingan seperti itu harusnya tidak dilontarkan oleh seorang tokoh agama karena dapat memecah belah umat Islam.
Gufroni juga menegaskan pentingnya menjunjung tinggi budaya toleransi antar sesama umat Islam, meskipun tiap-tiap organisasi keagamaan memiliki pandangan tersendiri tentang ijtihad. Menurutnya, tidak perlu saling menyerang antarorganisasi keagamaan dan tetap harus menghormati keputusan pemerintah.
Pernyataan Hafzan membuat banyak pihak bertanya-tanya apa sebenarnya yang menyebabkan dia berani mengait-kaitkan Muhammadiyah dengan Syiah. Apakah ada dasar atau bukti yang menguatkan pernyataannya tersebut? Ataukah hanya sekadar opini tanpa landasan yang jelas?
Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, mari kita kenali lebih dekat siapa sebenarnya Ustadz Hafzan El Hadi dari latar blakang dan pendidikannya, Di kutip dari labviral.com dia adalah seorang pengajar ilmu agama Islam yang berasal dari Payakumbuh, Sumatera Barat. Menurut laman LinkedIn-nya, Hafzan memiliki riwayat pendidikan formal yang cukup lengkap dan mengesankan.
Hafzan menempuh pendidikan S1 Teknik Informatika di Universitas Putra Indonesia YTPK Padang pada tahun 2007-2011. Selanjutnya, dia melanjutkan pendidikan di Universitas Imam Muhammad Ibnu Saud Saudi Arabia (Cab. Lipia Jakarta) untuk program D2 I'dad Bahasa Arab (2011-2013) dan D3 Takmiliy Bahasa Arab (2013-2014). Setelah itu, Hafzan kembali ke Indonesia untuk menempuh pendidikan S2 Manajemen Sistem Informasi di STMIK Nusa Mandiri Jakarta (2013-2015).
Tidak puas dengan gelar-gelar yang telah diraihnya, Hafzan kemudian belajar lagi di Universitas Imam Muhammad Ibnu Saud Saudi Arabia (Cab. Lipia Jakarta) untuk program S1 Fiqih dan Ushul, Fakultas Syari'ah, yang berhasil diselesaikannya dengan predikat Cumlaude/Mumtaz dan IPK 4.80 pada tahun 2014-2018. Terakhir, Hafzan menempuh program S2 Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Jakarta (2019-2020) dan S2 Teknologi Pendidikan di Universitas Negeri Padang (2021-2022).
Dari riwayat pendidikan yang dimilikinya, terlihat bahwa Hafzan memiliki kecenderungan untuk terus belajar dan meningkatkan pengetahuannya. Namun, sayangnya pernyataannya yang kontroversial tentang Muhammadiyah tidak didukung oleh bukti yang kuat atau jelas.
Seperti yang telah dikutip dari postingan media sosialnya, Hafzan menyebut "Yang masih menganut sekte Muhamm*diyah biar melek, ini sisi kesamaannya dengan Syi'ah. Ber-Islam lah tanpa Ormas," begitu bunyi tulisan dalam postingannya di media sosialnya".
Namun, pernyataan seperti ini tentu saja sangat spekulatif dan mengabaikan perbedaan yang mendasar antara Muhammadiyah dan Syiah. Muhammadiyah adalah organisasi keagamaan Sunni yang didirikan oleh Ahmad Dahlan pada tahun 1912, sementara Syiah adalah salah satu mazhab atau aliran dalam agama Islam yang memiliki banyak perbedaan dengan Sunni.
Perbedaan mendasar antara Sunni dan Syiah misalnya terletak pada pemahaman mengenai pewaris kepemimpinan umat Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Di sisi Sunni, kepemimpinan umat Islam diserahkan kepada para sahabat Nabi Muhammad yang dipilih secara musyawarah. Sedangkan di sisi Syiah, kepemimpinan umat Islam harus dilanjutkan oleh keturunan langsung Nabi Muhammad melalui imam-imam mereka.
Jadi, sangat tidak tepat bila Hafzan menyamakan Muhammadiyah dengan Syiah hanya karena keduanya memiliki kesamaan sebagai sekte keagamaan. Hal ini jelas merupakan generalisasi yang berlebihan dan mencoreng citra Muhammadiyah sebagai organisasi keagamaan yang telah lama berdiri di Indonesia dan memiliki banyak kontribusi positif bagi masyarakat.
Menanggapi tuduhan tersebut, PP Muhammadiyah memilih untuk tidak melaporkan Hafzan ke polisi. Namun, jika ada pengurus atau kader Muhammadiyah di daerah yang ingin melaporkannya, PP Muhammadiyah tetap akan menghormati proses hukum yang berlaku.
Sebagai umat Muslim, seharusnya kita memegang teguh nilai-nilai toleransi dan persaudaraan antar sesama umat Islam. Tidak perlu saling menyerang dan memprovokasi antarorganisasi keagamaan, karena hal ini justru akan memperkeruh situasi dan merusak persatuan umat Islam. Sebaliknya, mari kita berupaya membangun kerukunan dan kesepahaman dalam bingkai persaudaraan dan solidaritas yang kuat.
Dalam chanel youtube Imam Syuhodo TV terlihat Hafzan telah meminta maaf kepada Muhammadiyah atas pernyataannya tersebut.